CelotehanMuslim - “Pacarku rajin nyuruh sholat, bikin terharu. Ada semangat luar biasa untuk lebih dekat kepada Allah. Bahkan kalau diriku puasa sunah setiap Senin-Kamis selalu rutin meneleponku. Memberikan semangat, memujiku sebagai calon istri yang begitu diharapkannya. Kemudian diselingi rayuan mesra melalui telepon. Hatiku bahagia sekali,” ujar Fatma penuh semangat.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Turut berduka cita, ya …. ” Fachrunisa menyahut dengan cepat.
“Siapa yang meninggal? Aku sedang cerita soal romantisnya pacarku, kok. Wah dirimu kurang konsentrasi, makanya jangan jomblo. Ha… ha… ha…”
“Keimananmu yang meninggal. Bukankah setiap hari muadzdzin juga menyampaikan ‘Hayya ‘alash sholah’ yang bermakna marilah menunaikan sholat. Itu perintah langsung dari Allah, kenapa tidak membuatmu terharu juga tidak bisa menumbuhkan cinta kepada Allah?”
Fatma terdiam. Tak pernah disangka, sahabatnya mengucapkan itu.
“Kemudian, masalah puasa sunah setiap hari Senin-Kamis, itu bagus. Tapi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda ‘Kam min shoimin. Laisa lahu min shiyamihi illal ju’ wal ‘athos’ yang artinya, berapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus. Bisa jadi puasa yang dirimu lakukan juga seperti itu,” Fachrunisa melanjutkan ucapannya.
“Kenapa bisa begitu?”
“Bukankah dalam Qur’an Surah Al-Israa [17]: 32, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.’ Sudah tahu sedang puasa, malah saling umbar rayuan melalui telepon. Bukankah itu sama saja menyalurkan birahi yang belum pada tempatnya, sedangkan pacaran saja sudah dilarang. Ini malah puasa, lalu dibarengi umbar rayuan sama pacar. Boleh kutanya beribadah itu niatnya karena Allah atau hanya karena ingin mendapatkan pujian dari pacar?”
“Tentu saja niatnya karena Allah.”
“Kalau begitu, apa yang dirimu sampaikan di awal percakapan tadi salah. Hidupkan lagi imanmu, saranku lebih segeralah menikah. Tidak baik pacaran, aku memilih tidak berpacaran tetapi Insya Allah siap menikah apabila ada yang berani menikahiku. Bagiku, kesempurnaan cinta hanya bisa diperoleh melalui pernikahan, sebab menikah juga kesempurnaan separuh agama,” Fachrunisa menutup perbincangan sembari merangkul sahabatnya yang meneteskan air mata.
sumber : islampos
0 komentar:
Posting Komentar