CelotehanMuslim - Sembari berurai air mata, Tetty Mudjiati mencurahkan isi hatinya. Nenek 78 tahun itu merasa telah dicampakkan anak-anak kandungnya sendiri hingga terpaksa tinggal sendiri di bekas poskamling di Perumahan Griya Rejo Indah PGRI, Desa Japunan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
"Anak-anak perempuan saya semua jahat. Mereka memukuli saya, menendang, padahal sebelumnya saya belum pernah sekali pun diperlakukan jahat oleh orang," kata Tetty sembari terisak.
Pada usia senja, Tetty tinggal seorang diri di bekas poskamling berukuran sekitar 3 meter x 3 meter tanpa pintu, tanpa jendela, dan beratap seng yang sudah keropos.
"Kalau siang panas, kalau malam sangat dingin, atapnya bocor-bocor. Jadi, kalau hujan, saya hanya bisa duduk di sini, tidak bisa ke mana-mana," ujar Tetty sambil menunjukkan tempat dia biasa duduk meringkuk di pojok ruang kecil itu.
Sementara itu, untuk tidur, dia mengaku biasa berbaring hanya beralaskan tripleks yang dilapisi kardus untuk sekadar menghangatkan. Bantalnya berupa gulungan-gulungan koran bekas. Tetty enggan menggelar gulungan kasur yang dibawa dari rumahnya dulu karena khawatir kasurnya kotor.
Alhasil, gulungan kasur kapuk itu hanya dipakai untuk melindungi tubuhnya dari terpaan angin saat malam hari. Tetty lalu menunjukkan beberapa bungkusan plastik kresek yang diletakkannya di dekat "tempat tidurnya".
"Ini ada piring, gelas, botol buat ambil air dari masjid, dan beberapa pakaian, ya cuma itu kok," kata Tetty.
Untuk mandi dan buang air besar, Tetty biasanya pergi ke toilet di sebuah masjid yang tidak jauh dari poskamling itu. Menurut Tetty, warga di sekitarnya cukup baik kepadanya. Sesekali ada warga yang kasihan lalu memberi makanan dan minuman ataupun uang sekadarnya.
"Saya makan seadanya kalau dikasih tetangga, kadang ada juga yang ngasih uang Rp 2.000, tapi kalau tidak ada yang ngasih, saya enggak makan. Pernah dua hari enggak makan," tutur Tetty.
Tetty lantas tertunduk seolah mengingat kejadian beberapa tahun silam. Nenek bertubuh kurus itu kembali bercerita bahwa dulu dia hidup berada dengan bekerja sebagai agen teh merek terkenal. Dia memiliki dua kios kelontong di Kota Magelang.
Namun, keadaan berbalik setelah musibah kebakaran melanda kios miliknya. Dia bangkrut dan menjual rumahnya. Setelah itu, uang hasil menjual rumah habis karena dia ditipu seseorang.
Dia kemudian tinggal bersama anak keduanya bernama Heru. Mereka mengontrak rumah di Perumahan Griya Rejo Indah. Tetapi, karena tidak mampu membayar biaya kontrakan, dia diminta meninggalkan rumah. Sang anak, Heru, justru meninggalkannya entah ke mana.
"Setelah itu, saya diantar ke rumah anak bungsu saya di Karanggading (Kota Magelang), tetapi saya enggak betah. Saya disia-siakan, saya dipukuli," ucap Tetty sambil kembali terisak.
"Lalu saya kembali ke sini, berharap bisa bertemu anak laki-laki saya (Heru). Saya cuma cocok dengan dia, saya ingin bertemu dia," tambahnya.
Tetty mengaku memiliki empat anak, yaitu tiga perempuan dan satu laki-laki. Tiga anak perempuannya masing-masing sudah mandiri tinggal di Kalimantan, Kabupaten Rembang, dan Karanggading, Kota Magelang. Sang suami sudah meninggal sejak belasan tahun lalu.
Sementara itu, Aji Soetono (64), Ketua RT 10 Perumahan Griya Rejo Indah PGRI, mengungkapkan bahwa nenek Tetty sudah sejak tiga bulan lalu tinggal di bekas poskamling perumahan setempat. Pihaknya pernah beberapa kali menghubungi salah satu anaknya yang tinggal di Karanggading, Kota Magelang.
Aji mengatakan, mereka hanya berjanji akan menjemput, tetapi sampai saat ini nenek Tetty belum juga dijemput anak kandungnya.
"Kami kasihan dengan nenek Tetty, dia sudah sepuh (lansia), kami khawatir dia sakit, padahal musim hujan begini," kata Aji.
sumber : cerminan
0 komentar:
Posting Komentar